✔ Konsep Dasar Pembelajaran

SUMBER
A. Pengertian Pembelajaran
Menurut Hamalik (2010:57) menyebutkan bahwa pembelajaran yaitu suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan mekanisme yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Manusia terlibat dalam sisem pengajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya, contohnya tenaga laboratorium. Material, meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Falilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, juga komputer. Prosedur, meliputi jadwa dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian dan sebagainya. 
Sedangkan berdasarkan Darmawan (2011:128) menyebutkan bahwa pembelajaran yaitu suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Para pendidik formal (sekolah), pembelajaran merupakan kiprah yang dibebankan kepada guru, sebab guru merupakan tenaga profesional yang dipersiapkan untuk itu. Pembelajaran di sekolah semakin berkembang dari pengajaran yang bersifat tradisional hingga pembelajaran dengan sistem modern. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan mengajar (pengajaran) yang mengabaikan kegiatan berguru yaitu sekadar menyiapkan pengajaran dan melaksanakan mekanisme mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi dan dilaksanakan dengan pola-pola pembelajaran yang bervariasi. 
Kemudian Dufi dan Roehler yang dikutip oleh Agustin (2011:82) dalam bukunya yang berjudul Permasalahan Belajar Dan Inovasi Pembelajaran menjelaskan bahwa pembelajaran yaitu suatu perjuangan yang sengaja melibatkan dan memakai pengetahuan profesional yang dimiliki guru untuk mencapai tujuan kurikulum.
Gagne dan Briggs juga menambahkan bahwa pembelajaran yaitu suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses berguru siswa, yang berisi serangkaian bencana yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk memengaruhi dan mendukung terjadinya proses  berguru siswa. Proses berguru yang dimaksud di sini yaitu serangkaian kegiatan jiwa raga untukmemperoleh sesuatu perubahan tingkah laris sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, efektif dan psikomotor. Kaprikornus sanggup disimpulkan bahwa pembelajaran yaitu suatu sistem yang digunakan oleh guru untuk membantu dan mendukung proses berguru siswa.

B.  Hakikat Belajar
Belajar merupakan acara yang disengaja dan dilakukan oleh individu semoga terjadi perubahan kemampuan diri, dengan berguru anak yang tadinya tidak bisa melaksanakan sesuatu, menjadi bisa melkukan sesuatu atau anak yang tadinya tidak terampil menjadi terampil.
Belajar berdasarkan Gagne yang dikutip oleh Darmawan (2011:124) yaitu suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akhir pengalaman.dari pengertian tersebutterdapat tiga unsur pokok dalam belajar, yaitu:
1. Proses
Belajar yaitu proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang dikatakan berguru apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak sanggup diamati orang lain, akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. guru tidak sanggup melihat acara pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat dari kegiatan siswa sebagai akhir adanya acara pikiran dan perasaan siswa.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan manifestasi dari adanya acara mental (berpikir dan merasakan). Bagaimana bila siswa hanya duduk saja pada dikala guru menjelaskan pelajaran? Apakah sanggup dikategorikan sebagai belajar? Jawabannya yaitu apabila siswa tersebut duduk sambil menyimak klarifikasi guru, maka sanggup dikategorikan sebagai belajar. Tetpi apabila siswanya hanya duduk sambil perasaan dan pikirannya melayang-layang atau melongo di luar pelajaran yang dijelaskan guru, maka siswa tersebut tidak sedang berguru tetapi sedang melamun. Tetapi perlu dicatat bahwa berguru tidak hanya dengan mendengar enjelasan guru saja (tidak harus ada yang mengajar), sebab berguru sanggup dilakukan siswa dengan banyak sekali macam cara dan kegiatanasal terjadi interaksi antar individu dengan lingkungannya. Misalnya dengan mengamati demonstrasiguru, mencoa sendiri, mendiskusikan dengan teman, melaksanakan eksperimen, memecahkan persoalan, mengerjakan soal, membaca sendiri dan sebagainya. Belajar hendak melaksanakan acara mental pada kadar yang tinggi. Belajar yaitu suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang berlangsung seumur hidup semenjak ia masih bayi hingga ke liang lahat.
2. Perubahan perilaku
Hasil berguru akan tampak pada perubahan sikap individu yang belajar. Seseorang yang berguru akan mengalami eperubahan sikap sebagai akhir kegiatan belajarnya. Pengetahuan dan keterampilannya bertmbah dan penguasaan nilai-nilai dan sikapnya bertambah pula.
Menurut para jago psikologi tidak semua perubahan sikap sebagai hasil belajar. Perubahan sikap sebab faktor kematangan, sebab lupa, sebab minum minuman keras bukan termasuk hasil belajar, sebab bukan perubahan dari hasil pengalaman (berinteraksi dengan lingkungan) dan tidak terjadi proses mental emosional dalam beraktivitas.
Perubahan sikap sebagai hasil berguru diklasifikasikan menjadi tiga domain yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif meliputi sikap daya cipta yaitu berkaitan dengan sikap intelektual insan antara lain: kemampuan mengingat (knowledge), memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis (analysis), mensintesis (synthesis) dan mengevaluasi (evaluation). Domain afektif berkaitan dengan sikap daya rasa atau emosional insan yaitu kemampuan menguasai nilai-nilai yang sanggup membentuk sikap seseorang. Domain psikomotorik berkaitan dengan sikap dalam bentuk keterampilan-keterampilan motorik (gerakan fisik).
Pada pembelajaran perubahan sikap sebagai hasil berguru yang ingin dicapai ini sanggup dirumuskan dalam bentuk tujuan pembelajaran atau rumusan kompetensi yang ingin dicapai dengan segala indikatornya. Contoh rumusan tujuan pembelajaran atau kompetensi yng akan dicapai dalam pembelajaran: “Siswa sanggup mengubah bagian biasa ke dalam bentuk bagian desimal dan mengurutkannya” Kata sanggup mengubah merupakan sikap hasil berguru yang akan dicapai dalam pembelajaran.
3. Pengalaman
Belajar yaitu mengalami dalam arti bahwa berguru terjadi sebab individu berinteraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Lingkungan fisik yaitu lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk hasil ciptaan insan (cultural).
Macam-macam lingkungan fisik yang bersifat natural antara lain pantai, hutan sungai, udara, air dan sebagainya. Bersifat cultural yaitu buku, media pembelajaran, gedung sekolah, perabot sekolah dan sebgaianya. Adapun lingkungan sosial siswa diantaranya guru, orang tua, pustakawan, pemuka masyarakat, kepala sekolah dan sebagainya. Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang danmenantang siswa untuk belajar, guru yang mengajar tanpa memakai alat peraga tentu kurang menantang/merangsang siswa untuk belajar. Apalagi bagi siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang diharapkan untuk berguru siswa ini didesain secara integral akan menjadi materi berguru dan pembelajaran efektif.
Belajar sanggup dilakukan melalui pengalaman pribadi maupun pengalaman tidak langsung. Siswa yang melaksanakan eksperimen yaitu contoh berguru dengan pengalaman langsung. Edang siswa berguru dengan mendengarkan klarifikasi guru atau membaca buku yaitu contoh berguru melalui pengalaman tidak langsung.
Belajar, pada hakikatnya yaitu proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar sanggup dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui banyak sekali pengalaman. Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sejalan dengan konsep diatas Cronbach yang dikutip oleh Darmawan (2011:127) menyatakan: ”Learning may be defined as the process by which a relatively enduring change in behaviour occurs as a result of experience or practice.” Pernyataan tersebut menegaskan bahwa indikator berguru ditentukan oleh perubahan dalam tngkah laris yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman atau latihan.
Dari beberapa kutipan di atas sanggup disimpulakn beberapa hal yang menyangkut pengertian berguru sebagai berikut:
a. Belajar merupakan suatu proses yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang dimulai semenjak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.
b. Dalam berguru terjadi adanya perubahan tingkah laris yang bersifat relatif permanen.
c. Hasil berguru ditunjukan dengan aktivitas-aktivitas tingkah laris secara keseluruhan.
d. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar, antara lain aspek motivasi, emosional, sikap dan sebagainya.
Terjadinya proses berguru sanggup dipandang dari sisi kognitif sebagaimana dikemukakan oleh Bigge yang dikutip oleh Darmawan (2011:127) yaitu berafiliasi dengan perubahan-perubahan perihal kekuatan variabel-variabel hipotesis, kekuatan-kekuatan, asosiasi, hubungan-hubungan dan kebiasaan atau kecenderungan perilaku. 
Belajar merupakan suatu proses interaksi antara banyak sekali unsur yang berkaitan. Unsur utama dalam berguru yaitu individu sebagai akseptor belajar, kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi berguru yang menawarkan kemungkinan terjadinya berguru dinyatakan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Mengenai proses perubahan tingkah laris dalam proses berguru ini, Gegne dan Briggs yang dikutip oleh Darmawan (2011:128) menyatakan bahwa perbuatan hasil berguru mengahsilkan perubahan dalam bentuk tingkah laris dalam aspek:
a. Kemampuan membedakan f. Strategi kognitif
b. Konsep Konkret g. Informasi verbal
c. Konsep Terdefinisi h. Sikap, dan
d. Nilai i. Keterampilan motorik
e. Nilai/aturan tingkat tinggi
Tujuan berguru yaitu sejumlah hasil berguru yang mengambarkan bahwa siswa telah melaksanakan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa. Tujuan berguru yaitu suatu deskripsi mengenai tingkah laris yang diharapkan oleh siswa sesudah berlangsungnya proses belajar. Tujuan berguru merupakan cara yang akurat untuk menentukanhasil pembelajaran. Tujuan pembelajaran (instructional goals) dan tujuan berguru (learning objektives) berbeda, namun berafiliasi erat antara satu dengan yang lainnya.
C. Hakikat Pembelajaran
Menurut Mudhofir yang dikutip oleh Darmawan (2011:128) menyebutkan bahwa secara garis besarnya ada empat pola pembelajaran, yaitu:
Pertama, pola pembelajaran dengan siswa tanpa memakai alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pla pembelajaran ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat materi pembelajara dan memberikan materi tersebut secara ekspresi kepada siswa. 
Kedua, pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh banyak sekali materi pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak.
Ketiga, pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guruyang mustahil menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru sanggup memanfaatkan banyak sekali media pembelajarn sebagai sumber berguru yang sanggup menggantikan guru dalam pembelajaran. Kaprikornus pola ini pola pembelajaran bergantian antara guru dan media dalam berinteraksi dengan siswa. Konsekuensi pola pembelajaran ini yaitu harus disiapkan materi pembelajaran yang sanggup digunakan dalam pembelajaran.
Keempat, pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh memakai media atau materi pembelajaran yang disiapkan. Berdasarkan pola-pola pembelajaran tersebut diatas, maka membelajarkan itu tidak hanya sekedar mengajar (seperti pola satu), sebab membelajarkan yang berhasil harus menawarkan banyak perlakuan kepada siswa. Peran guru dalam pembelajaran lebih dari sekadar sebagai pengajar (informator) belaka, kan tetapi guru harus mempunyai multi kiprah dalam pembelajaran. Dan semoga pola pembelajaran yang diterapkan juga sanggup bervariasi, maka materi pembelajarannya harus dipersiapkan secara bervariasi juga.
Menurut Adams dan Dickey yang dikutip oleh Darmawan (2011:129) menyebutkan bahwa kiprah guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:
1. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor)
2. Guru sebagai pembimbing (techer as counselor)
3. guru sebagi ilmuwan (teacher as scientist)
4. Guru sebagai pribadi (teacher as person)
Bahkan dalam arti luas, dimana sekolah berfungsi menjadi penghubung antara ilmu teknologi dengan masyarakat dan sekolah lebih aktif ikut dalam pembangunan, maka kiprah guru menjadi lebih luas. Dalam kaitannya dengan acara berguru sebagai proses mental dan emosional siswa dalam mencapai kemajuan, maka guru hendaknya berperan dalam memfasilitasi semoga terjadi proses mental emosional siswa tersebut sehingga sanggup dicapai kemajan tersebut. Guru harus berperan sebagai motor pelopor terjadinya acara berguru dengan cara memotivasi siswa (motivator), memfasilitasi berguru (fasilitator), mengorganisasi kelas (organisator), menyebarkan materi pembelajaran (developer, desainer), menilai program-proses-hasil pembelajarn (evaluator), memonitor acara siswa (monitor) dan sebagainya. 
Sedangkan yang menjadi kunci dalam rangka menetukan tujuan dalam pembelajaran yaitu kebutuhan siswa, mata ajaran, dan guru itu sendiri. Berdasarkan kebutuhan siswa sanggup ditetapkan apa yang hendak dicapai, dan dikembangkan dan di apresiasikan. Berdasarkan mata anutan yang ada dalam petunjuk kurikulum sanggup ditentukan hasil-hasil pendidikan yang diinginkan.Guru sendiri yaitu sumber utama tujuan bagi para maha siswa, dan ia harus bisa menulis dan menentukan tujuan-tujuan pendidikan yang bermakna dan sanggup terukur.
Tujuan (goals) yaitu rumusan yang luas mengenai hasil-hasil pendidikan yang diinginkan. Di dalamnya terkandung tujuan yang menjadi sasaran pembelajaran dan menyediakan pilar untuk menyediakan pengalaman-pengalaman belajar.


D. Landasan Konsep Pembelajaran
1. Filsafat
Proses berguru intinya melibatkan upaya yang hakiki dalam membentuk dan menyempurnakan kepribadian insan dengan banyak sekali tuntutan dalam kehidupan. Secara filosofis berguru berarti mengingatkan kembali pada insan mengenai makna hidup yang bisa dilalui melalui proses meniru, memahami, mengamati, merasakan, mengkaji, melaksanakan dan meyakini suatu kebenaran sehingga semuanya menawarkan kemudahan dalam mencapai segala yang dicita-citakan manusia. Belajar diharapkan oleh individu (manusia). Akan tetapi berguru juga harus dipahami sebagai suatu kegiatan dalam mencari dan membuktikan kebenaran. Harapan para filosofis bahwa dengan berguru maka segala kebenaran di alam semesta ini bisa dinikmati oleh insan yang pada risikonya akan menyadari bahwa alam semesta ini ada yang menciptakan. Dengan demikian, filsafat apapun yang telah menjadi hasil pikir insan maka kaitannya dengan berguru mirip siklus bahwa dengan filsafat, insan bisa mempelajari (belajar) perihal segala sesuatu. Sebaliknya, dengan acara belajar, maka pemikiran-pemikiran perihal berguru terus berkembang dan banyak ditemukan sehingga membawa warna penemuan ide dan pemikiran insan sepanjang zaman. (Darmawan, 2011:130)
2. Psikologi
Darmawan (2011:130) menyebutkan bahwa sikap insan bisa berubah sebab belajar, akan tetapi apakah insan itu memahami perilakunya sendiri atau menyadari ia harus berperilaku mirip apa jikalau berada atau dihadapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Maka sikap yang masih dicari inilah sanggup dikaitkan dengan kajian dari ilmu Psikologi. Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari tanda-tanda kejiwaan yang risikonya mempelajari produk dari tanda-tanda kejiwaan ini dalam bentuk perilaku-perilaku yang tampak dan sangat dibutuhkan dalam proses belajar. Di antara psikologi yang banyak dan memang masih bertahan menjadi landasan pokok dalam dunia pendidikan dan pembelajaran yaitu psikologi kognitif dan behavioristik. Di samping masih banyak aliran psikologi lainnya, namun kedua aliran psikologi ini sangat mayoritas dalam menentukan arah acara insan dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran seorang guru harus menguasai banyak sekali teori belajar, mirip teori berguru gestal, kognitif dan humanistik. Hal ini penting sebab teori-teori berguru tersebut menjadikan landasan dalam menyebarkan kegiatan pembelajaran. Di samping menguasai banyak sekali teoribelajar seorang yang melaksanakan kegiatan pembelajaran harus memahami betul perihal tugas-tugas perkembangan siswa, hal ini dilakukan semoga pembelajaran sanggup dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, minat dan talenta siswa.
3. Sosiologi
Manusia yaitu makhluk individu dan sosial. Melalui belajar, individu bisa mempelajari lawan bersosialisasi, sahabat hidup bersama dan bisa membangun masyarakat hingga dengan negara dan bangsa. Jika dalam berguru tanpa arah tujuan pada makna hidup insan sebagai makhluk sosial, maka berguru akan dijadikan cara untuk saling menguasai, memusnahkan, sebab segala sesuatu yang dipelajari, diketahui, dipahami melalui berguru tidak digunakan dalam membuat kondisi kedamaian dunia. Landasan sosiologis ini sangat penting dalam mengiringi perkembangan penemuan pembelajaran yang banyak terimbas oleh perubahan zaman yang semakin hedonistik. Maka pemahaman akan berguru yang ditinjau dari aspek sosiologis inilah yang sangat dibutuhkan remaja ini. (Darmawan, 2011:130)
4. Komunikasi
Menurut Darmawan (2011:130) menyebutkan bahwa pendidikan dan komunikasi mirip setali tiga uang, yang satu menawarkan pemaknaan terhadap yang lainnya. Dalam praktiknya proses berguru atau pembelajaran akan menghasilkan suatu kondisi di mana individu dalam hal ini siswa dan guru, siswa dengan siswa atau interaksi yang kompleks sekalipun pasti akan ditemukan suatu proses komunikasi. Landasan komunikasi ini akan banyak menawarkan warna dalam bentuk pendekatan, model, metode dan taktik pembelajaran serta pola-pola penemuan pembelajaran. Seperti hanya landasan ilmiah yang lain, komunikasi cukp bisa memengaruhi akseptor didik dalam mencapai keberhasilan membaca pesan-pesan atau informasi pembelajaran. Macam ragam pesan baik pribadi maupun tidak langsung, bersumber dari media atau manusi secara pribadi pasti akan bisa ditangkap, dipahami, dicerna, diolah dan didefinisikan dalam memori insan menjadi bentuk hasil pemahaman belajar. Proses inilah yang masih berkembang dikala ini di dunia riset yaitu bagaomana seorang guru bisa melaksanakan variasi komunikasi dalam proses pembelajaran yang tentunya dengan memerhatikan komponen pembelajaran lainnya, khususnya akseptor didik dan model pembelajaran yang digunakan.  
5. Teknologi
Darmawan (2011:132) menyatakan bahwa pembelajan erat kaitannya dengan penggunaan teknologi pendidikan, pembelajaran yang kompherensif harus memerhatikan perbedaan interest siswa, di mana siswa ada yang tipe auditif, visual dan kinestetik. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran akan menjembatani keempat minat siswa tersebut, sehingga pembelajaran lebih akomodatif dan menyenangkan, sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Seorang guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sanggup memakai media pembelajaran, mulai dari yang sederhana mirip gambar, foto, lukisan hingga kepada yang memakai teknologi canggih eperti LCD projektor, penggunakan komputer dalam pembelajaran mirip e-learning, pembelajaran online, pembelajaran berbasis komputer (CBI dan CAI).

E. Proses Pembelajaran
Bila semua paradigma masyarakat Perguruan Tinggi telah memahami dengan baik perihal proses pembelajaran siswa aktif, learning how to learn, penyiapan sumber daya telah diatur dengan baik dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik serta RPP/SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah. Proses pembelajaran hanya menerapkan kemampuan dan memakai sarana serta mengikuti mekanisme yang telah diatur dengan baik dalam RPP/SAP. Proses pembelajaran yang telah direncanakan dengan baik akan mencapai tujuan ayng telah ditetapkan. Selain menerapkan proses pembelajaran telah ditata dengan baik, juga harus selalu meminta feed back dan melaksanakan kajian untuk terus membenahi proses pembelajaran. Proses pembelajaran sanggup melalui tatap muka di dalam ruang kelas dan sanggup melalui media elektronik sesuai dengan pengaturan di SAP. Proses pembelajaran melalui internet mendorong mahasiswa lebih aktif dalam pembelajaran sebab harus berkomunikasi secara maya dengan para dosen dan mahasiswa lain di samping mengembara di dalam dunia pengetahuan lain. (Darmawan, 2011:132)
Pembelajaran (instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan konsep berguru (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara keduanya yakni kepada penumbuhan acara subjek didik. Konsep tersebut sanggup dipandang sebagai suatu system, sehingga dalam system berguru ini terdpat komponen-komponen siswa atau akseptor didik, tujuan, materi untuk mencapai tujuan, kemudahan dan mekanisme serta alat atau media yang harus dipersiapkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Davis yang dikutip oleh Darmawan (2011:133) bahwa learning system menyangkut pengorganisasian dari perpaduan antara manusia, pengalaman belajar, fasilitas, pemeliharaan atau pengontrolan dan prosdur yang mengatur interaksi sikap pembelajarn untuk mencapai tujuan. Demikian halnya juga dengan teaching system, di mana komponen perencanaan mengajar, materi ajar, tujuan, materi, metode serta penilaian dan langkah mengajar akan berafiliasi dengan acara berguru untuk mencapai tujuan. Kenyataan bahwa dalam proses pembelajaran terjadi pengorganisasian, pengelolaan dan transformasi informasi oleh dan dari guru kepada para siswa. Ketiga kategori kegiatan dalam proses pembelajaran ini berkaitan erat dengan aplikasi dan konsep sistem informasi manajemen.
Keterampilan mengorganisasi informasi ini merupakan dasar kelancaran proses pembelajaran. Angraw mengungkapkan Sebagaimana yang dikutip oleh Darmawan (2011:133) bahwa berguru yaitu kemampuan untuk bisa mengorganisasi informasi merupakan hal yang fundamental bagi seorang siswa. Meier mengemukakan bahwa semua pembelajaran insan pada hakikatnya mempunyai empat unsur, yakni: persiapan (preparation), penyampaian (presentation), training (practice) dan penampilan hasil (performance)
Dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka hingga menutup pelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran meliputi: 
a). Kegiatan awal yaitu melaksanakan apersepsi, memberikan tujuan pembelajaran dan bila dianggap perlu menawarkan pretest;
b). Kegiatan inti yaitu kegiatan utama yang dilakukan guru dalam menawarkan pengalaman belajar, melalui banyak sekali taktik dan metode yang dianggap sesuai dengan tujuan dan materi yang akan disampaikan;
c). Kegiatan simpulan yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian kiprah atau pekerjaan rumah bila dianggap perlu;
1. Persiapan (Preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan akseptor berguru untuk belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan sanggup berhenti sama sekali. Namun sebab terlalu bersemangat untuk mendapat materi, tahap ini sering diabaikan sehingga mengganggu pembelajaran yang baik. Persiapan pembelajaran itu mirip mempersiapkan tanah untuk ditanami benih. Jika dilakukan dengan benar, pasti membuat kondisi yang baik untuk pertumbuhan yang sehat. Demikian juga dalam pembelajaran jikalau persiapan matang sesuai dengan karakteristik kebutuhan, materi, metode, pendekatan, lingkungan serta kemampuan guru, maka hasilnya diasumsikan akan lebih optimal. Tahap ini penting mengingat bahwa untuk mendekati situasi berguru misalnya, akseptor berguru harus menghadapi segala macam rintangan yang potensial sanggup mengganggu. Seperti tidak mencicipi adanya manfaat, takut gagal, benci pada topic pembelajaran, dipaksa hadir, merasa sudah tahu dan merasa bosan. Semua rintangan ini dan yang lainnya sanggup mengakibatkan stress, beban otak dan kemerosotan dalam kemampuan belajar.
Berdasarkan hal diatas, Darmawan (2011:134) mengungkapkan bahwa tujuan tahap persiapan yaitu untuk menjadikan minat akseptor berguru yang akan tiba dan menempatkannya dalam situasi optimal untuk belajar. Hal tersebut sanggup dilakukan dengan menawarkan sugesti positif, menawarkan pernyataan yang memberi manfaat, menawarkan tujuan yang terang dan bermakna. Tahap ini juga bertujuan membangkitkan rasa ingin tahu, membuat lingkungan fisik, emosional, sosial yang positif. Menenangkan rasa takut, menyingkirkan kendala belajar, banyak bertanya dan mengemukakan banyak sekali masalah, merangsang rasa ingin tahu dan mengajak berguru penuh dari awal. Banyak orang mempunyai perasaan negatif perihal belajar. Kenangan tak sadar mereka mengaitkan berguru dengan rasa sakit, terhina, terkurung dan sebagainya. Jika mereka tidak menggantikan sugesti negatif ini dengan yang positif, maka pembelajaran mereka akan terhalang. Hal ini dikarenakan citra negatif semacam itu cenderung mewarnai pengalaman dengan asumsi.
Asumsi negatif cenderung membuat pengalaman negatif dan perkiraan positif cenderung membuat pengalaman positif. Sugesti dilarang berlebihan, menjadikan kesan bodoh, dangkal, tetapi harus realistic, jujur dan tidak bertele-tele. Dalam bencana apa pun, jikalau sudah memutuskan hati untuk mencapai hasil positif, kemungkinan besar hasil positif yang akan dicapai. Ketika perkiraan negatif sudah digantikan dengan yang positif, maka rasa bangga dan lega sanggup mempercepat pembelajaran mereka. (Darmawan, 2011:134)
Sugesti, baik positif maupun negatif akan tercipta oleh lingkungan berguru itu sendiri. pengaturan ruang kelas sering menjadikan sugesti negatif. Jika lingkungan fisik mengilhami perasaan negatif dan mengingatkan orang pada pengalaman yang tidak manusiawi, maka lingkungan itu akan memberi imbas negatif pada pembelajaran. Sehingga diharapkan alternatif lingkungan yang memberi kesan gembira, positif dan membangkitkan semangat. Sebuah lingkungan yang menjadikan asosiasi positif dan berperasaan dalam setiap orang. Seperti dengan menata daerah duduk secara dinamis, menghiasi ruang belajat atau apa yang ada dalam lingkungan berguru yang sanggup menambah warna, keindahan, minat serta rangsangan berguru akseptor didik. Termasuk dengan kehangatan musik, sebagaimana banyak dilakukan inovasi-inovasi pembelajaran modern dikala ini. Pembelajaran memerlukan citra yang terang perihal tujuan suatu pelajaran dan apa yang akan sanggup mereka lakukan sebagai hasilnya. Hal ini dapa dijelaskan dengan kata, gambar, contoh, demo atau apa saja yang sanggup membuat tujuan itu tampak nyata dan konkret bagi akseptor belajar.
Ada garis lurus antara tujuan dan manfaat, tetapi tujuan cenderung dikaitkan dengan apa, sedangkan manfaat dikaitkan dengan mengapa. Peserta berguru sanggup berguru paling baik jikalau mereka tahumengapa mereka berguru dan sanggup menghargai bahwa pembelajaran mereka punya revelansi dan nilai bagi diri mereka sendiri. jikalau mereka tidak melihat ada hasilnya, mengapa harus belajar. Oleh sebab itu, penting sekali untuk semenjak awal menegaskan manfaat berguru sesuatu semoga orang merasa terkait dengan topik pelajaran itu secara positif. Dalam banyak kasus, persiapan pembelajaran sanggup dimulai sebelum dimulainya agenda belajar. Jika sanggup diusahakan, akseptor berguru diberi sarana persiapan sebelum belajaryang berisi aneka pilihan peralatan untuk membantu mereka semoga siap untuk belajar. Sarana itu sanggup membantu menyingkirkan rasa takut, menentukan tujuan, menjelaskan manfaat, meningkatkan rasa ingin tahu dan minat, serta membuat perasaan positif mengenai pengalaman berguru yang akan datang. 
Untuk membantu mempersiapkan orang mendapat pengalaman berguru yang optimal, diharapkan lingkungan kolaborasi semenjak awal. Kerja sama membantu akseptor berguru mengurngi sterss dan lebih banyak memanfaatkan energinya untuk belajar. Kerja sama antarpeserta berguru membuat sinergi manusiawi yang memungkinkan banyak sekali wawasan, gagasan dan informasi mengalir bebas.
Hubungan atau interaksi selama pembelajaran sanggup dikatakan sebagai inti kecerdasan. Semakin sering orang saling menghubungkan pengetahuan dan wawasan mereka, semakin cerdaslah ia. Interaksi sangat penting dalam membangun komunitas belajar. Hal ini sanggup dimulai dengan agenda kiprah kelompok yang dikaitkan dengan pengenalan, tujuan, manfaat bagi akseptor berguru atau penilaian pengetahuan. Selain itu, acara berguru membutuhkan kiprah serta semua pihak. Bagaimanapun, belaar bukan hanya menyerap inforrmasi secara pasif, melainkan aktif membuat pengetahuan dan keterampilan. Upya berguru benar-benar bergantung pada akseptor berguru dan bkan merupakan tanggung jawab perancang atau fasilitatornya. Salah satu tujuan penyiapan akseptor berguru yaitu mengajaknya memasuki kembali dunia kanak-kanak mereka, sehingga kemampuan bawaan mereka untuk berguru sanggup berkembang sendiri.
Dunia kanak-kanak di tandai dengan keterbukaan, kebebasan, kegembiraan dan rasa ingin tahu yang amat besar. Inilah yang diasumsikan akan membantu dalam menumbuhkan percepatan berfikir dan berguru Accelerated Learning. Merangsang rasa ingin tahu akseptor berguru angat membantu upaya mendorong akseptor berguru semoga erbuka dan siap belajar. Pembelajaran akan mandeg jikalau tidak ada sesuatunyang bisa menjadikan rasa ingin tahu. Jika rasa ingin tahu berkembang, maka ini akan membuat individu kembali hidup dan membuat mereka siap melebihi diri mereka sebelumnya dan inilah inti pembelajaran yang baik. Selanjutnya, mereka dapar mencari jalan baru, membuat temuan baru, mempelajari keterampilan gres dan kembali menjadi insan yang tumbuh dan berkembang normal.
2. Penyampaian (Presentation)
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan utuk mempertemukan akseptor berguru dengan materi berguru yang mengwali proses berguru secara positif dan menarik. Presentasi berarti pertemuan, dimana fasilitator sanggup meminpin, tetapi akseptor berguru yang harus menjalani pertemuan itu. Pembelajaran berasal dari keterlibatan aktif dan penuh seorang guru atau dosen saja. Belajar yaitu meniptakan pengetahuan, bukan menelan informasi, maka presentasi dilakukan semata-mata untuk mengawali proses berguru dan bukan untuk dijadikan fokus utama.
Tahap penyampaian dalam berguru bukan hanya sesuatu yang dilakukan fasilitator, melainkan sesuatu yang secara aktif melibatkan akseptor berguru dalam membuat pengetahuan disetiap langkahnya. Sedangkan tujuan tahap penyampaian ini yaitu membantu akseptor berguru menemukan materi berguru yang gres dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melbatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal ini sanggup dilakukan melalui uji coba kolaboratif dan banyak sekali pengetahuan, pengamatan fenomena dunia nyata, pelibatan seluruh otak dan badan akseptor belajar. Selain itu sanggup dilakukan dengan presentasi interaktif, melalui aneka macam cara yang diubahsuaikan dengan seluruh gaya berguru termasuk melalui proyek berguru berdasarkan kemitraan dan berdasarkan tim, training menemukan atau dengan memberi pengalaman di dunia nyata yang kontekstual serta melalui training memecahkan masalah. Dan dikala ini telah banyak berkembang. Presentase fasilitator berhasil jikalau sanggup menjadikan minat, mengubah rasa ingin tahu dan memicu pembelajaran. Dalam beberapa kasus, akseptor berguru menemukan informasi atau keterampilan gres sebelum mengikuti presentasi resmi dari seorang fasilitator.
3. Latihan (Practice)
Tahap ini dalam siklus pembelajaran kuat terhadap 70% atau lebih pengalaman berguru keseluruhan. Dalam tahap inilah pembelajaran yang bahu-membahu berlangsung. Bagaimanapun, apa yang dipikirkan dan dikatakan serta dilakukan pembelajaran yang membuat pembelajaran dan bukan apa yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan oleh pelatih atau pendidik. Peranan pelatih atau pendidik ahnyalah memperkasai proses berguru dan membuat suasana yang mendukung kelancaran pelatihan. Dengan kata lain, kiprah pelatih atau pendidik yaitu menyusun konteks daerah akseptor berguru sanggup membuat isi yang bermakna mengenai berguru yang sedang dibahas.
Peranan guru yaitu mengajak akseptor berguru yang gres dengan cara yang sanggup membantu mereka memadukannya ke dalam struktur pengetahuan makna dan keterampilan internal yang tertanam di dalam dirinya. Membangun struktur makna yang gres dari pengalaman yang sanggup mengambil dari banyak sekali bentuk dan pengalaman berguru sebelumnya. Yang terbaika yaitu jikalau hal ini melibatkan seluruh aspek system badan dan pikiran.
Tujuan tahap training yaitu membantu akseptor berguru mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan gres dengan banyak sekali cara. Seperti acara pemrosesan, permainan dalam belajar, acara pemecahan masalah, refleksi dan artikulasi individu, obrolan berpasangan atau kelompok, pembelajaran dan tinjauan kolaboratif termasuk acara mudah dalam membangun keterampilan lainnya. Dalam hal ini Rose dan J. Nicholl sebagaimana yang dikutip Darmawan (2011:137) menyatakan baha telah banyak menyentuhnya dalam upaya menawarkan perlakuan (treatment) tertentu untuk mempercepat berguru seseorang.
4. Penampilan Hasil (Performance)
Belajar yaitu proses mengubah pengelaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan kearifan menjadi tindakan. Nilai setiap agenda berguru terungkap hanya dalam tahap ini. Namun banyak yang mengabaikan tahap ini. Padahal ini sangat penting disadri bahwa tahap ini merupakan satu kesatuan dengan keseluruhan proses belajar. Tujuan tahap penampilan hasil ini yaitu untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap menempel dan berhasil diterapkan. Setelah mengalami tiga tahap pertama dalam siklus pembelajaran, kita perlu memastikan bahwa orang melaksanakan pengetahuan dan keterampilan gres mereka pada pekerjaan mereka, nilai-nilai nyat bagi diri mereka sendiri, organisasi dan klien organisasi. Tujuan tahap penampilan hasil yaitu membantu akseptor berguru menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan gres mereka pada pekerjaan sehingga hasil berguru menempel dan penampilan hasil akan terus menngkat, mirip penerapan di dunia maya dalam tempo segera, penciptaaan dan pelaksanaan planning agresi dan acara penguatan penerapan. Peatihan terus-menerus, perjuangan balik dan penilaian kerja acara proteksi kawan, perubahan organisasi lingkungan yang mendukung. Dengan demikian, sejalan dengan konsep pembelajaran yang berkembang, maka hakikat penemuan pembelajaran sanggup ditelusuri dari keempat unsur tersebut. Artinya, jikalau keempat unsur tersebut ada, maka pembelajaran sanggup dikatakan berlangsung. 

F. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam bukunya, Mulyasa (2003:100) menyebutkan bahwa dalam pembelajaran, kiprah guru yang paling utama yaitu mengkondisikan lingkungan semoga menunjang terjadinya perubahan sikap bagi akseptor didik. Umumnya pelaksanaan pembelajaran meliputi tiga hal, yaitu:
1. Pre Test (tes awal)
Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan pre tes. Pre tes ini mempunyai banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh sebab itu, pre tes memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran. Fungsi pre tes ini antara lain sanggup dikemukakan sebagai berikut:
a. Untuk menyiapkan akseptor didik dalam proses , sebab dengan pre tes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal yang harus mereka jawa/kerjakan.
b. Untuk mengetahui tingkat kemajuan akseptor didik sehubungan dengan proses pembelajarn yang dilakukan. Hal ini sanggup dilakukan dengan membandingkan hasil pre tes dengan post tes. 
c. Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki akseptor didik mengenai materi anutan yang akan dijadikan topik dalam proses pembelajaran. 
d. Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran dimulai, tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai akseptor didik dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat pemfokusan dan perhatian khusus. 
2. Proses
Proses ini dimaksudkan sebagai kegiatan kegiatan ini dari pelaksanaan proses pembelajaran yakni bagaimana tujuan-tujuan berguru direalisasikan melalui modul. Proses pembelajaran perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntuk acara dan kreativitas guru dalam membuat lingkungan yang kondusif. Proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh akseptor didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik meupun sosialnya. 
3. Post tes
Pada umumnya pelaksanaan pembelajarn diakhiri dengan post tes. Sama halnya dengan pre tes, post tes juga mempunyai banyak kegunaan, terutama dalam melihat keberhasilan pembelajaran. Fungsi post tes antara lain sanggup dikemukakan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tingkat penguasaan akseptor didik terhadap kompetensi yang telah ditentukan, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini sanggup diketahui dengan membandingkan antara hasil pre tes dan post tes.
b. Untuk mengetahui kompetensi dan tujuan-tujuan yang sanggup dikuasai oleh akseptor didik serat kompetensi dan tujuan-tujuan yang belumdikuasainya. 
c. Untuk mengetahui akseptor didik-peserta didik yang perlu mengikuti kegiatan remedial dan akseptor didik yang perlu mengikuti kegiatan pengayaan serta untuk mengetahu tingkat kesulitan dalam mengerjakan modul (kesulitan belajar).
d. sebagai materi contoh untuk melaksanakan perbaikan terhadap komponen-komponen modul dan proses pembelajaran yang telah dilaksanakan, baik terhadap perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi.

G. Hasil Belajar dari Pembelajaran
Secara keseluruhan pemahaman terhadap konsep dasar pembelajaran tidak akan tepat jikalau berhenti pada defenisi atau  proses. Maka penulis merasa perlu untuk menguraikan apa yang dihasilkan dari suatu proses pembelajaran. Berikut uraian dari kaitan antara hasil pembelajaran yang sangat diharapkan sekali oleh semua masyarakat berguru khususnya akseptor didik.
a. Hasil Belajar
Menurut Bloom yang dikutip oleh Darmawan (2011:140) mengemukakan tiga ranah hasil berguru yaitu kognitif, efektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, blomm menyebutkan 6 tingkatan yaitu “1) Pengetahuan; 2) Pemahaman; 3) Pengertian; 4) Aplikasi; 5) Analisa; 6) Sintesa, dan 7) Evaluasi”. Berdasarkan uraian di atas sanggup disimpulkan bahwa intinya proses berguru ditandai dengan perubahan tingkah laris secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, efektif maupun psikomotor. Proses perubahan sanggup terjadi dari yang paling sederhana hingga pada yang paling kompleks yang bersifat pemecah masalah, dan pentingnya peranan kepribadian dalam proses serta hasil belajar.
Adapun Bloom yang banyaak mendapat imbas dari Carrol dalam “Model of School Learning”-nya berusha untuk menyampaikan sejumlah kecil variabel yang besar pengaruhnya terhadap hasil berguru Thesis Central Model. Blomm  menyatakan bahwa variasi dalam “cCognitive Entry Behaviours” dan Afektif Entry Characteristics” dan kualitas pengajaran menentukan hasil belajar, Blomm yakin bahwa variabel kualitas pengajaran yang tercermin dalam penyajian materi petunjuk latihan (tes formatif), proses balikan dan perbaikan penguatan partisipasi siswa harus sesuai dengan kebutuhan siswa, (Bloom, 1976:11 dalam Max Darsono, 1989:88). Secara umum, hasil berguru siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang beradaa diluar diri pelajar, yang tergolong faktor internal ialah:
1. Faktor sosiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat badan dan sebagainya.
2. Faktor psikologis baik yang bersifat baawaaan maupun keturunan, yang meliputi:
a) Faktor intelektual terdiri atas:
Faktor pontesial, yaitu intelegensi dan bakat.
Faktor faktual yaitu kecakapan nyata daan prestasi.
b) Faktor nonintelektual yaitu komponen-komponen kepribadian tertentu mirip sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep diri, pembiasaan diri, emosional dan sebagainya.
3. Faktor kematangan baik fisik maupun psiki, yang tergolong faktor    eksternal ialah:
a) Faktor sosial yang terdiri atas:
faktor lingkungan keluarga
faktor lingkungan sekolah
faktor lingkungan masyarakat
faktor kelompok
b) Faktor budaya seperti: etika istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan sebagainya.
c)  Faktor lingkungan fisik, mirip kemudahan rumah, kemudahan belajar, iklim dan sebagainya.
d) Faktor  spiritual atau lingkungan keagamaan.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara pribadi atau tidak pribadi dalam mempengaruhi hasil berguru yang dicapai seseorang. Karena adanya faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi prestasi berguru yaitu motivasi berprestasi, intelegensi dan kecemasan.

b. Motivasi Menuju Hasil Proses Pembelajaran
Pengaruh motivasi di  sini yaitu motivasi baik interen maupun eksteren terhadap hasil berguru yang dimaksud yaitu hasil berguru bahasa Inggris. Menurut Hilgrad yang dikutip ___dalam bukunya, motif merupakan tenaga pelopor yang mempengaruhi kesiapan untuk memulai melaksanakan rangkaian kegiatan dalam suatu prilaku. (I.L Pasa Ribu, 1988:46). Sedangkan McClelland (1953) yang dikutip oleh Max Darsono, (198:99) menyatakan bahwa motif yaitu suatu ”energizer” (sumber tenaga, penggerak) suatu konsep yang diharapkan untuk menjalankan acara organisme. Motif umunya dipandang suatu diposisi pribadi artinya bersifat pontesial. Dalam hal ini Wrightman (1975:281) menjelaskan:
“Motive as an energizing condition of the organisme that serves to direct that organism, usually toward a goals or a certain class and motive is sometimes used interchangeably with the term “need” and “drive”. Pada pernyataan di atas motif merupakan suatu sumber tenaga dalam kondisi tertentu yang bisa dimiliki oleh setiap individu secara langsung, daan motif ini biasanya memberikan  arah untuk menentukan kesiapan tindakan yang akan dilakukan yang diubahsuaikan dengan kebutuhan dan arahan. Menurut jenisnya, motif dibedakan menjadi motif primer dan sekunder, yang dikutip oleh Syamsudin (1990), yang dikutip oleh Subhana, membedakan motif sebagai berikut:
1. Motif primer (Primary motive) atau motif dasar (basic motive) mengambarkan kepada motif yang tidak dipelajari (unlearned motive) yang sering disebut juga digunakan istilah dorongan (drive).
2. Motif sekunder (secondary motives) mengambarkan kepada motif yang berkembang dalam diri individu sebab pengalaman, dan dipelajari (conditioning and reinforcement).kedalam golongan ini termasuk :
Takut yang dipelajari (learning fears)
Motif-motif sosial (ingin diterima, dihargai, conformitas, afiliasi, persetujuan, status, merasa aman,  dan sebagainya).
Motif-motif objektif dan interest (eksplorasi, manipulasi, minat).
Maksud (purposes) dan inspirasi.
Motif berprestasi (achievement motive).
Sesuai dengan masalah yang dikaji dalam studi ini, maka konsep dari motif ini keduanya dipakai, baik motif primer maupun motif sekunder. Kajiannya dalam hal ini besar dan kecil pengaruhnya terhadap hasil berguru bahasa Inggris.

Belum ada Komentar untuk "✔ Konsep Dasar Pembelajaran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel