✔ Cegah Dilema Sosial, Pembelajaran Ips Perlu Penyempurnaan
Kesungguhan guru menjadi hal yang vital untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS demi kualitas insan Indonesia di masa mendatang. |
Ilmu pengetahuan sosial sebagaimana dikatakan pada sebuah buku berjudul “Menelisik Pendidikan IPS Dalam Perspektif Kontekstual Empiris” (Lasmawan,2010), bahwa IPS yakni mata pelajaran yang merupakan perpaduan dari sejumlah mata pelajaran sosial yang mengajarkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan kepada siswa untuk memahami lingkungan dan masalah-masalah sosial di sekitarnya, serta banyak sekali bekal untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Hal ini bermakna bergotong-royong IPS ditujukan semoga siswa mempunyai nilai, sikap, dan keterampilan disamping pengetahuan. Pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial inilah yang secara utuh bergotong-royong sanggup menjadi solusi dalam mencegah terjadinya banyak sekali permasalahan sosial.
Melihat tujuaannya, pembelajaran ilmu pengetahuan sosial menjadi sangat penting bagi generasi bangsa. Tetapi sayang, kenyataannya dikala ini tidak sedikit siswa memandang bahwa ilmu pengetahuan sosial sangat membosankan dalam pembelajarannya, sehingga menciptakan penerima didik tidak mendapat substansi dari tujuan IPS itu. Pengetahuan, nilai, sikap, ataupun keterampilan yang harus dimiliki siswa tidak terbentuk menyerupai yang diharapkan.
Baca juga: Nasib IPA dan IPS di Kurikulum Pendidikan Baru
Jika ditelusuri penyebabnya, salah satu hal yang menyebabkan tidak dicapainya substansi pembelajaran IPS yakni cara membelajarkan IPS. Yang bertanggung-jawab membelajarkan IPS tentu saja yakni guru. Dengan demikian, sekali lagi guru menjadi impian bangsa dengan menjadi ujung tombak penyempurnaan pembelajaran IPS.
Sejauh pengamatan, selama ini ada beberapa hal yang dilupakan para guru dalam membelajarkan IPS. Sebagian besar guru terlalu memaksakan hafalan-hafalan untuk membangun pengetahuan yang diharapkan. Peserta didik dihadapkan pada tuntutan untuk mengingat tempat, tokoh, peristiwa, dan lain sebagainya tanpa memperlihatkan ruang kepada siswa untuk memaknai apa yang ada di balik insiden tersebut. Paksaan untuk mengingat sesuatu yang tampaknya kurang menarik dan tak mempunyai kegunaan itulah yang bergotong-royong memicu anggapan bahwa IPS membosankan.
Terkait dengan pandangan bahwa pembelajaran IPS itu membosankan, perlu seni administrasi tertentu untuk menyempurnakan pembelajaran IPS semoga mencapai tujuan yang diharapkan. Salah satu solusi yang sanggup ditawarkan dalam membelajarkan IPS yakni dengan menghadirkan rekonstruksi suatu peristiwa, memaksimalkan keterlibatan penerima didik, dan melaksanakan refleksi dalam membelajarkan penerima didik. Untuk melaksanakan hal tersebut, guru diperlukan lebih kreatif lagi dalam tiap langkah tersebut. Kreatifitas guru sangat penting dalam mengatasi kemungkinan timbulnya kebosanan dalam diri penerima didik. Salah satu seni administrasi yang ditawarkan sanggup digambarkan sebagai berikut.
Pertama penting untuk menghadirkan kenyataan dalam pembelajaran. Pembelajaran tidak akan membosankan apabila ada situasi faktual yang dihadapi oleh penerima didik. Jika tidak ada video, rekaman suara, ataupun info yang sanggup digunakan untuk menyuguhkan kenyataan tersebut, maka sanggup dilakukan kreasi dengan merekonstruksi insiden yang dipelajari dengan memainkan suatu drama singkat menurut buku atau sumber yang sanggup dipercaya. Setelah suatu insiden direkonstruksi oleh penerima didik, maka tahap yang kedua yakni melaksanakan refleksi dari insiden yang disuguhkan tersebut.
Dalam aktivitas refleksi tidaklah sesederhana menarik sebuah kesimpulan saja. Dalam refleksi, penerima didik harus didorong untuk berpikir kritis terhadap fenomena yang telah disajikan. Selain itu, dalam refleksi, pemikiran kritis juga harus dilandasi dengan penafsiran dari banyak sekali sudut pandang untuk menghindarkan penerima didik dari contoh pikir yang sempit yang sanggup menumbuhkan egoisme dalam dirinya.
Tahap yang terakhir yakni perumusan solusi. Sebesar dan sekompleks apapun suatu duduk kasus atau fenomena yang disajikan, sebaiknya penerima didik dibiasakan untuk memikirkan solusi dari permasalahan tersebut. Hal ini penting untuk menghindarkan penerima didik semoga tidak menjadi orang yang hanya sanggup mengungkap suatu duduk kasus tanpa sanggup memperlihatkan solusi yang nyata. Maka penting untuk penerima didik dibiasakan untuk mencari-cari solusi di tengah perbedaan. Diskusi-diskusi perihal solusi yang diajukan sekali lagi akan mengarah pada penyesuaian penerima didik untuk menghormati pendapat orang lain dan mengerti sudut pandang orang lain demi tujuan mencapai solusi bersama.
Dalam seni administrasi pengungkapan masalah, berpikir kritis, dan perumusan solusi yang ditawarkan tersebut, ada banyak hal yang sanggup menciptakan penerima didik menjadi insan seutuhnya suatu dikala nanti. Akan tetapi bergotong-royong seni administrasi tersebut tidaklah gampang untuk dilakukan, apalagi bagi guru yang “seadanya dan “sekedarnya” dalam mengawal pembelajaran. Perlu kreativitas guru dalam melaksanakan seni administrasi tersebut untuk sanggup membentuk kognitif, afektif, dan psikomotor penerima didik secara maksimal. Sekali lagi, kesungguhan guru menjadi hal yang vital untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS demi kualitas insan Indonesia di masa mendatang. Bila pembelajaran IPS ini sanggup dilakukan dengan baik, gurulah yang menjadi hero dibalik keberhasilan kehidupan sosial bangsa ini di masa mendatang. Mari memulai dari diri kita sendiri, dengan bersungguh-sungguh sebagai modal utama.
*) Ditulis oleh I Gede Indra Supriadi. Guru SD Negeri 9 Sesetan, Denpasar
Anda juga sanggup mengirimkan goresan pena ke di sini
Belum ada Komentar untuk "✔ Cegah Dilema Sosial, Pembelajaran Ips Perlu Penyempurnaan"
Posting Komentar